Memberi Satu Dirham, Lalu Allah Memberinya Seratus Dua Puluh Ribu Dirham
Dari Al-Fudhail bin ‘Iyadh(Abu Ali Al-Fudhail bin
‘Iyadh At-Tamimi (105-187) adalah Syaikhul Haram Al-Makki, termasuk di
antara hamba Allah yang amat shalih, dilahirkan di Samarkand dan
meninggal dunia di Makkah (Al-‘Illam, 5/360).) ia berkata, seorang
laki-laki menceritakan kepadaku:
“Ada laki-laki yang keluar membawa benang tenun, lalu
ia menjualnya satu dirham untuk membeli tepung. Ketika pulang, ia
melewati dua orang laki-laki yang masing-masing menjambak kepala
kawannya. Ia lalu bertanya, ‘Ada apa?’ Orang pun memberitahunya bahwa
keduanya bertengkar karena uang satu dirham. Maka, ia berikan uang satu
dirham kepada keduanya, dan ia pun tak memiliki sesuatu.
Ia lalu mendatangi isterinya seraya mengabarkan apa
yang telah terjadi. Sang isteri lalu mengumpulkan beberapa perkakas
rumah tangga. Laki-laki itu pun berangkat kembali untuk menggadaikannya,
tetapi barang-barang itu tidak laku. Tiba-tiba kemudian ia berpapasan
dengan laki-laki yang membawa ikan yang menebar bau busuk. Orang itu
lalu berkata kepadanya, ‘Engkau membawa sesuatu yang tidak laku,
demikian pula dengan yang saya bawa. Apakah Anda mau menukarnya dengan
barang (daganganku)?’ Ia pun mengiakan. Ikan itu pun dibawanya pulang.
Kepada isterinya ia berkata, ‘Dindaku, segeralah urus
(masak) ikan ini, kita hampir tak berdaya karena lapar!’ Maka sang
isteri segera mengurus ikan tersebut. Lalu dibelahnya perut ikan
tersebut. Tiba-tiba sebuah mutiara keluar dari perut ikan tersebut.
Wanita itu pun berkata gembira, ‘Suamiku, dari perut
ikan ini keluar sesuatu yang lebih kecil daripada telur ayam, ia hampir
sebesar telur burung dara’.
Suaminya berkata, ‘Perlihatkanlah kepadaku!’ Maka ia
melihat sesuatu yang tak pernah dilihatnya sepanjang hidupnya.
Pikirannya melayang, hatinya berdebar. Ia lalu berkata kepada isterinya,
‘Saya kira ini adalah mutiara!’ Sang isteri menyahut, ‘Tahukah engkau
berapa nilai mutiara ini?’ ‘Tidak, tetapi aku mengetahui siapa orang
yang pintar dalam hal ini’, jawab suaminya. Ia lalu mengambil mutiara
itu. Ia segera pergi ke tempat para penjual mutiara. Ia menghampiri
kawannya yang ahli di bidang mutiara. Ia mengucapkan salam kepadanya,
sang kawan pun menjawab salamnya. Selanjutnya ia berbicara kepadanya
seraya mengeluarkan sesuatu sebesar telur burung dara. ‘Tahukah Anda,
berapa nilai ini?’, ia bertanya. Kawannya memperhatikan barang itu
begitu lama, baru kemudian ia berkata, ‘Aku menghargainya 40 ribu. Jika
Anda mau, uang itu akan kubayar kontan sekarang juga kepadamu. Tapi jika
Anda menginginkan harga lebih tinggi, pergilah kepada si fulan, dia
akan memberimu harga lebih tinggi dariku’.
Maka ia pun pergi kepadanya. Orang itu memperhatikan
barang tersebut dan mengakui keelokannya. Ia kemudian berkata, ‘Aku
hargai barang itu 80 ribu. Jika Anda menginginkan harga lebih tinggi,
pergilah kepada si fulan, saya kira dia akan memberi harga lebih tinggi
dariku’.
Segera ia bergegas menuju kepadanya. Orang itu
berkata, ‘Aku hargai barang itu 120 ribu. Dan saya kira, tidak ada orang
yang berani menambah sedikit pun dari harga itu!’ ‘Ya’, ia pun setuju.
Lalu harta itu ditimbangnya. Maka pada hari itu, ia membawa dua belas
kantung uang. Pada masing-masingnya terdapat 10.000 dirham. Uang itu pun
ia bawa ke rumahnya untuk disimpan. Tiba-tiba di pintu rumahnya ada
seorang fakir yang meminta-minta. Maka ia berkata, ‘Saya punya kisah,
karena itu masuklah!’ Orang itu pun masuk. Ia berkata, ‘Ambillah separuh
dari hartaku ini. Maka, orang fakir itu mengambil enam kantung uang dan
dibawanya.
Setelah agak menjauh, ia kembali lagi seraya berkata,
‘Sebenarnya aku bukanlah orang miskin atau fakir, tetapi Allah Ta’ala
telah mengutusku kepadamu, yakni Dzat yang telah mengganti satu dirhammu
dengan 20 qirath. Dan ini yang diberikanNya kepadamu adalah baru satu qirath daripadanya, dan Dia menyimpan untukmu 19 qirath
yang lain (Al-Faraj ba’dasy Syiddah, 3/238. Dan beberapa terbitan
meenyebutkan bahwa ada seorang wanita yang menemukan di perut ikan
sebuah mutiara, lalu ia jual seharga 400 dinar Kuwait. Sebelumnya,
wanita itu mengalami kesulitan dan krisis ekonomi yang luar biasa, lalu
semuanya berubah menjadi lapang. Lihat buku kami, ‘Al-Faraj ba’dasy
Syiddah wadh Dhiqah’.).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar